Selasa, 07 September 2010

Malam Lailatul Qodar

7.9.10 Posted by sukriyadi No comments
Malam Lailatul Qodar
Malam Lailatul Qodar, Media OnlineMalam Lailatul Qodar pasti sudah di nanti para temen-temen,  kesemerawutan pasar-pasar dan pusat-pusat perbelanjaan  yang dijejali manusia di penghujung Ramadan merupakan  pemandangan biasa. Shaf-shaf tarawih di masjid-masjid makin  maju ke depan, ditinggal jamaahnya yang sibuk menyiapkan  keperluan lebaran.

Karena itu, melihat manusia berdesakan di  masjid tampaknya merupakan sebuah fenomena yang luar biasa. Lebih-lebih hal itu terjadi di kota Cirebon yang sebagian  masyarakatnya masih mengakui bahwa Cirebon sebagai kota wali  yang cenderung mentadaburi nilai-nilai agama.

Menarik memang. Di saat kebanyakan orang sibuk berebut dunia,  mereka (para pemburu pahala) malah asyik tafakur berdiam diri  di masjid-masjid. Makin mendekati lebaran, shaf-shaf tarawih  malah makin mundur ke belakang. Apalagi pada malam-malam  ganjil yang salah-satunya diyakini merupakan  Lailatul Qodar,  malam yang lebih baik daripada seribu bulan. Untuk  memburunya, mereka ramai-ramai melakukan I'tikaf di masjid  sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah SAW. Pemandangan  seperti ini biasa ditemukan di Masjid Agung Sang Cipta Rasa Kasepuhan Cirebon.

Seperti tahun-tahun sebelumnya, menurut Ahmad (58 tahun), pngurus Masjid Agung Sang Cipta Rasa Kasepuhan Cirebon,  banyak didatangi para pemburu pahala dari berbagai kota di  Indonesia. Semenjak hari pertama bulan Ramadan hingga tanggal  27 Agustus 2010 peserta I'tikaf sudah mencapai 117 orang pria  dan wanita. Bahkan, dua pria mualaf Held dan Loidl asal  Osterretch, Austria sengaja datang jauh-jauh ke Masjid Agung  Sang Cipta Rasa sejak tanggal 23 Agustus 2010 terdaftar di  buku tamu  pengurus masjid sebagai peserta  I'tikaf, juga  turut melakukan perburuan pahala. Keduanya berbaur dengan   peserta I'tikaf lainnya.

Kegiatan di Masjid Agung Sang Cipta Rasa memang mempunyai  daya tarik sendiri. Menurut Kholil Arief (24 tahun), koordinator remaja masjid, setiap bada tarawih para remaja  masjid dan peserta I'tikaf biasa melakukan qiyamullail  berjamaah yang bacaan surahnya menamatkan 3 juz Alquran.  Targetnya, dalam tempo sepuluh malam mereka bisa menghatamkan  30 juz. Yang tak kalah mengesankan, ternyata sebagaian imamnya  adalah remaja masjid yang berusia muda yang telah hafal Alquran. Di  usia mereka yang masih sangat  muda, namun telah hafal di luar kepala seluruh isi Alquran.

Meski mereka (remaja masjid) masih sangat muda, namun  kefasihan bacaan dan kedalaman penghayatannya terhadap ayat-ayat yang dibacanya terbilang luar biasa. Seringkali makmum  berisak tangis menyimak bacaannya. Ketika dibacakan ayat-ayat  yang berbicara tentang keluasan rahmat Allah, bergelora-lah  harapan dan kerinduan mereka untuk meraihnya.

Sebaliknya, ketika dibacakan ayat-ayat azab, tubuh mereka  berguncang seolah-olah akan dilemparkan ke neraka. Selain  qiyamullail, kegiatan I'tikaf pun diisi dengan  berbagai  kajian materi keislaman, seperti tafsir, hadits, fikih,  sirah (perjalanan hidup) dan sejumlah materi lainnya yang merujuk langsung kepada sumber aslinya. Karena itu, tidak  sedikit peserta yang datang berasal dari luar Cirebon.

Peserta I'tikaf di Masjid  Agung Sang Cipta Rasa Kasepuhan  Cirebon memang sebagian adalah kalangan wanita. Tidak hanya  kalangan muda, namun banyak pula yang sudah lanjut usia. Ada  juga yang sedang hamil tua. Bahkan, tidak sedikit ibu muda  membawa balita. Tampaknya, dalam memburu pahala, mereka tak  mau kalah dari kaum pria.

Ihwal, wanita melakukan I'tikaf bukanlah mengada-ada. Ketika  Rasulullah SAW melakukan I'tikaf, istri-istri beliau pun  melakukan hal sama. Bahkan, setelah beliau meninggal dunia,  para ummahatul  mukminin itu tetap meneruskannya.

Dari sekian peserta I'tikaf, adakah yang mengetahui kapan  Lailatul Qodar itu tiba? Tak seorangpun tahu kapan Lailatul Qodar akan tiba. Allah SWT menjadikannya sebagai suatu  rahasia, sehingga manusia harus berjuang keras untuk  meraihnya. Sejumlah ulama mengatakan, Lailatul Qodar terjadi  pada 10 hari terakhir bulan Ramadan, terutama di malam-malam  ganjil, yaitu malam 21, 23, 25, 27, dan  29.

Rasulullah SAW bersabda, Lailatul  Qodar terdapat di epuluh  malam yang tersisa. Siapa yang mendirikan malam-malamnya, demi  mencari dan menunggu  kedatangannya, maka sesungguhnya Allah SWT akan mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu dan  setelahnya. Itulah  malam-malam yang hitungannya ganjil:  Sembilan, tujuh, lima, tiga, atau  bahkan di hari  terakhir."  (HR. Ahmad).

Dalam hadits lain, Rasulullah SAW bahkan menyebut sebagian  tanda-tanda alam ketika Lailatul  Qodar itu tiba.  "Sesungguhnya tanda-tanda datangnya Lailatul Qodar itu  langit  sangat cerah seolah-olah ada sekelompok besar bulan datar,  tenang, dan indah. Suhu udara pada malam itu tidak panas dan  juga tidak dingin. Allah tidak menghalalkan planet-planet  dijatuhkan pada malam itu, sampai datang pagi hari tiba.  Tanda-tanda lainnya, matahari pada pagi harinya terlihat  sangat cerah, tidak bersinar seperti sinar bulan ketika  terjadi perang Badar. Dan, tidak dihalalkan bagi setan untuk  keluar bersama malam itu." Fathul Baari/IV/329 dan 318).

Namun demikian, kedatangan Lailatul Qodar yang sesungguhnya  tetaplah rahasia. Ia merupakan hal gaib yang hanya diketahui  Allah SWT. Karenanya Rasulullah SAW berpesan agar memburu  malam Lailatul Qodar bukan segalanya. Motivasi ibadah  sesungguhnya hanya pengabdian kepada Allah. Lailatul Qodar  adalah sebuah 'fasilitas' luar biasa, yang dianugerahkan  Allah bagi umat  Muhammad agar beribadah sebaik-baiknya dan  mendapatkan pahala sebanyak-banyaknya.
Rasulullah juga menganjurkan kepada para sahabat dan  istrinya, Aisyah, untuk membaca sebuah doa serta menghayati  maknanya, ketika merasakan hadirnya Lailatul Qodar. Doa itu  adalah: Rabbanaa aatinaa fiddunnya hasanah, wa fil aakhirati hasanah wa qinaa 'adzaabannaar (wahai Tuhan  kami,  anugerahkanlah kepada kami kebajikan di dunia dan kebajikan  di akhirat dan peliharalah kami dari siksa api neraka).


Doa itu bukan saja bertujuan agar kita dapat memperoleh  kebaikan dunia dan akhirat. Tapi lebih dari itu, bertujuan  memantapkan langkah dalam upaya meraih kebajikan yang  dimaksud. Permohonan itu juga berarti upaya untuk menjadikan  kebajikan dan kebahagiaan yang diperoleh dalam kehidupan  dunia dan pengharapan untuk memperoleh kebahagiaan hidup di  akhirat.

Rasulullah juga menganjurkan agar kita memperbanyak doa di  bulan Ramadan. Apalagi pada sepuluh malam terakhir, terutama  tanggal ganjil. Aisyah pernah bertanya kepada Rasulullah, "Ya  Rasulullah, jika sekiranya mendapatkan Lailatul Qodar, apa  yang harus saya baca?" Rasulullah menjawab, "Allahumma  innaka 'afuwwun tuhibbul 'afwa fa 'fu 'annii."

Kegiatan kreatif pengurus dan remaja masjid di atas  menunjukan bahwa semangat umat untuk beribadah di bulan  suci  Ramadan sebenarnya sangat tinggi. Beruntunglah mereka, karena  melalui I'tikaf bisa menghisab diri, menghitung-hitung  kesalahan untuk melakukan perbaikan. Paling tidak, dua target  harus terlampau, membersihkan dosa dan menuai pahala. Melalui  jalan seperti ini, peluang untuk meraih kembali fitrah yang  sempat hilang makin terbuka lebar.

Sayang, belum banyak orang yang telah terbuka nuraninya  untuk  menghidupkan kembali sunnah  Rasulullah. Padahal, jauh-jauh  hari beliau sudah mensinyalir bahwa salah satu kelompok  manusia yang akan memperoleh perlindungan Allah di hari  kiamat adalah meraka yang hatinya selalu merindukan rumah-Nya.

Maha Suci Allah yang telah membuka  rahmat-Nya dengan  menurunkan satu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Pada  malam itu, pintu surga terbuka lebar bagi hamba-hamba yang  memohon kelapangan-Nya. Malam yang penuh berkah. Kedamaian  hingga datangnya fajar. Malam dimana pahala amalan  dilipatgandakan. Adakah malam yang lebih baik darinya?

0 komentar:

Posting Komentar

Isi Komentar Disini !!!